Sabtu, 26 Januari 2013

Paud Membangun Generasi Berkualitas


PAUD Membangun Generasi Berkualitas


Prof. Dr. Syamsiah Badruddin, M.Si
Dosen Luar Biasa Pascasarjana STIA Prima Sengkang, UIT, UNM Makassar

Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan periode yang sangat menentukan masa depannya. Kesalahan yang terjadi pada periode kritis akan membawa kerugian yang nyata pada masa depan bangsa. Investasi untuk perbaikan gizi, kesehatan, dan pembinaan anak usia dini, akan membuat anak lebih siap belajar dengan baik pada saat sekolah.
Pendidikan Anak Dini Usia (PAUD) merupakan investasi yang memiliki efek positif jangka panjang bagi kehidupan anak-anak di masa depan. Sehingga pada gilirannya akan berdampak positif sangat nyata bagi kemajuan bangsa. Produktivitas bangsa di masa depan, sangat ditentukan oleh bagaimana upaya pengembangan anak usia dini dilakukan.
Pengembangan anak usia dini, merupakan pilihan yang bijaksana dalam kaitannya dengan pembangunan SDM guna membangun masa depan bangsa yang maju, mandiri, sejahtera dan berkeadilan. Young (1996) mengemukakan, paling tidak ada lima alasan pentingnya melakukan investasi untuk pengembangan anak usia dini (early child development).
Pertama, untuk membangun SDM yang berkemampuan intelegensia tinggi, berkepribadian dan berperilaku sosial yang baik, serta mempunyai ketahanan mental dan psikososial yang kokoh.Kedua, untuk menghasilkan “economic return” (keuntungan ekonomis) yang lebih, dan menurunkan “social costs” (biaya sosial) di masa mendatang dengan meningkatnya efektivitas pendidikan, dan menekan pengeluaran biaya untuk kesejahteraan masyarakat.
Ketiga, untuk mencapai pemerataan sosial ekonomi masyarakat, termasuk mengatasi kesenjangan antargender. Keempat, untuk meningkatkan efisiensi investasi pada sektor lain. Sebab, intervensi program gizi dan kesehatan pada anak-anak, akan meningkatkan kemungkinan kelangsungan hidup anak. Sedangkan intervensi dalam program pendidikan, akan meningkatkan kinerja anak dan mengurangi kemungkinan tinggal kelas.
Kelima, untuk membantu kaum ibu dan anak-anak.Dengan semakin meningkatnya jumlah ibu bekerja dan rumahtangga yang dipimpin oleh wanita, pemeliharaan anak yang aman menjadi semakin penting. Penyediaan wahana untuk itu, akan memberi peluang kepada wanita untuk berkarir dan meningkatkan kemampuan maupun keterampilannya.
Membangun Kecerdasan
Fungsi pendidikan bagi anak dini usia (golden age) tak hanya sekedar memberikan berbagai pengalaman belajar seperti pendidikan pada orang dewasa. Tapi juga berfungsi mengoptimalkan perkembangan kapabilitas kecerdasannya.
Pendidikan di sini hendaknya diartikan secara luas, mencakup seluruh proses stimulasi psikososial yang tidak terbatas pada proses pembelajaran yang dilakukan secara klasikal. Artinya, pendidikan dapat berlangsung di mana saja dan kapan saja, baik yang dilakukan sendiri di lingkungan keluarga, maupun oleh lembaga pendidikan di luar lingkungan keluarga.
Pembelajaran harus dilakukan secara menyenangkan. Dengan bermain, anak akan memperoleh kesenangan, hingga memungkinkannya untuk belajar tanpa tekanan. Sehingga, di samping motorik, kecerdasan anak (kognitif, sosial-emosional, spiritual dan kecerdasan lainnya) pun akan berkembang optimal. Lebih penting lagi, kejenuhan belajar, akan berdampak pada semakin menurunnya prestasi anak di kelas.
Pembelajaran yang menyenangkan, merupakan pembelajaran yang berpusat pada anak.Di mana anak mendapatkan pengalaman nyata yang bermakna bagi kehidupan selanjutnya. Pada gilirannya, melalui pendidikan anak dini usia yang pembelajarannya dilakukan secara menyenangkan, akan lahir manusia-manusia Indonesia yang siap menghadapi berbagai tantangan.
Berdasarkan kajian neurologi dan psikologi perkembangan, kualitas anak dini usia di samping dipengaruhi oleh faktor bawaan (nature), juga sangat dipengaruhi oleh faktor kesehatan, gizi, dan psikososial yang diperolehnya dari lingkungan. Karena faktor bawaan harus kita terima apa adanya, maka faktor lingkunganlah yang harus direkayasa. Dan kita harus mengupayakannya semaksimal mungkin, agar kekurangan yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dapat diperbaiki.
Meningkatkan Kualitas SDM
Secara konseptual, pembangunan kualitas sumberdaya manusia, harus mencakup semua dimensi, baik fisik maupun non-fisik secara totalitas.Segenap potensi jasmani dan rohani manusia, bisa berkembang secara sempurna dan dapat didayagunakan untuk melakukan berbagai kegiatan dalam rangka mencapai tujuan hidup.
Kualitas fisik dicerminkan dengan derajat kesehatan yang prima.Dan kualitas akal dicerminkan oleh daya pikir atau kecerdasan intelektual yang berkaitan dengan penguasan ilmu pengetahuan.Sedangkan Kualitas kalbu diukur dengan derajat keimanan dan ketakwaan, kejujuran, budi pekerti, moral dan akhlak.
Kualitas akal dan kalbu secara bersama-sama melahirkan daya dzikir dan kesadaran diri yang mendalam akan hakikat manusia, sehingga melahirkan emogensi atau kecerdasan emosional (emotional intelligence) yang berkualitas.
Pendekatan holistik menekankan, bahwa kualitas sumberdaya manusia ditentukan oleh banyak faktor, baik internal maupun eksternal, yang berlangsung dalam keseluruhan siklus hidup.Tahap yang sangat menentukan adalah masa janin (pre-natal) hingga anak berusia remaja (sekitar 15 tahun). Sementara tahap yang paling kritis terjadi sejak anak lahir hingga ia berumur 5 tahun (balita).
Usia dini, atau saat umur balita, adalah tahap yang rentan terhadap berbagai pengaruh fisik dan non-fisik. Agar anak menjadi manusia yang berkualitas, di masa-masa itulah berbagai faktor yang menentukan tumbuh kembangnya anak, baik fisik, psikologis, dan sosial, sangat penting untuk diperhatikan dan dikendalikan.
Bagi guru kelas satu, dua, tiga tingkat sekolah dasar yang berpengalaman, tentu sudah tak asing mendapati varian bakat (aptitude) yang merupakan potensi kemampuan yang dibawa anak sejak lahir (inherent inner component of ability; Semiawan, C, 1997).
Mengingat banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan bakat, utamanya lingkungan, maka perhatian para pendidikan terhadap faktor-faktor di luar diri anak yang akan mempengaruhi pengembangan intelektualitas dan kreativitas anak, harus diperhatikan. Khususnya dalam pendidikan anak usia dini.

 

"Verd� > , s �| �q ";color:#333333'>

Tentang kreativitas seseorang atau suatu bangsa, mengapa ada yang bisa menciptakan teknologi tinggi sementara yang lain tidak?Menurut penulis adalah karena kebudayaan, sejarah sosial dan ekonomi, sistem pendidikan, nenek moyang, dan nilai hidup yang dianut masing-masing bangsa.
Setiap bangsa memiliki ciri sendiri. Bangsa Indonesia dijajah sekitar 3,5 abad, dan dulunya berasal dari kerajaan-kerajaan yang bernuansa Hindu, Budha dan Islam. Nenek moyang kita juga petani dan pelaut, sesuai kondisi alamnya. Jadi, kita boleh kagum dengan Amerika yang bisa membuat satelit, roket dan mendaratkan manusia di bulan, namun kita melupakan Candi Borobudur yang masuk dalam tujuh keajaiban dunia hasil karya digjaya nenek moyang kita.
Kita mungkin kagum dengan bangsa Jepang yang bisa merajai dunia industri elektronik dan kendaraan bermotor, namun kita juga harus bangga memiliki kekayaan budaya dan etnik yang beragam.Mungkin, kebanggaan diri kita kian sirna, karena bangsa kita masih tenggelam oleh laju globalisasi.Hingga kita lupa bahwa kita juga memiliki keunikan tersendiri.
Inilah, karena kita belum mengoptimalkan potensi dan keunikan diri, dan cenderung memilih meniru budaya atau teknologi luar yang katanya lebih canggih. Boleh-boleh saja kita melakukan alih teknologi agar tidak terlalu ketinggalan dengan bangsa-bangsa lain, tapi kita juga tak boleh lupa bahwa basis negara adalah pertanian dan kelautan.
Makanan, lauk, minuman, orangtua atau keluarga, sangat tidak berkolerasi langsung dengan “keluarbiasaan” seseorang atau suatu bangsa. Kita bisa bercermin diri sebab bangsa kita yang masih tertinggal dari bangsa lain. Mungkin karena kita masih malas, kurang belajar, terlalu pasrah pada keadaan, dan kurang maksimal menggunakan kejeniusan otak kita.
Ada sebuah anekdot menyebutkan: Kalau otak manusia itu ada yang menjual, maka yang paling mahal harganya adalah otak orang Indonesia. Tahu alasannya? Karena otak orang Indonesia masih orisinil dan segar (fresh), sebab jarang dipakai. Sungguh menyedihkan!
Lalu, seberapa besarkah peran takdir? Seorang mentor pernah berkata, “Takdir akan turun jika kita telah berusaha semaksimal mungkin.” Betul! Karena Allah SWT telah mengaskan, “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (Qs. ar-Ra’d [13]: 11)
Sudah seharusnya kita bisa memahami keunikan diri masing-masing.Melihat bahwa kita, sebagai individu maupun bangsa, memiliki potensi dan keunggulan tersendiri, yang bisa kita berdayakan agar menjadi manusia atau bangsa yang luar biasa.
Jika kita fokus pada kelebihan diri, maka kemajuan bisa kita peroleh. Namun jika kita hanya melihat kekurangan atau keterbatasan yang kita miliki, bisa dipastikan kemajuan atau kesuksesan akan kian menjauh.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar